SURAT MARYAM

SURAT MARYAM
Oleh: Hadi Purwanto
dimuat di Banjarmasin Post pada Minggu, 5 Mei 2013
Tetesan Air mata tidak berhenti mengalir dari pelupuk mata istriku. Tanpa kata ia masih memandangi satu persatu fhoto di album perkawinan kami lima tahun silam. Dengan tangan gemetar ia membolak balikkan album perkawinan kami. Pelan.
“sayang,…ada apa?” tanyaku sambil mengusap punggung istriku. Ia masih diam. “Jangan terlalu dipikirkan” sambungku lagi mencoba menenangkan.
Aku tau apa yang sedang dirasakan istriku sekarang. Kesedihan, iri, takut dan mungkin juga rasa bersalah. Sedih karena sampai sekarang kami belum dikarunia seorang anak. Iri melihat teman-temannya yang bahagia menimang buah hati. Takut jikalau dia mempunyai penyakit yang bersarang di rahimnya. Dan rasa bersalah karena sampai saat ini belum memberikan anak kepada ku.
Padahal kami sudah menikah lima tahun yang lalu dan selama itu pula kami tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Bahkan dokter spesialis kandunganpun mengatakan bahwa kami berdua normal-normal saja. Namun inilah kehendak Tuhan, sampai sekarang kami belum diberi momongan. Continue reading

GERIMIS DAN KEHIDUPANKU


GERIMIS DAN KEHIDUPANKU
Oleh: Hady 412
Gerimis mulai membasahi lahan kering didepan rumahku. Aku berdiri sendirian di teras rumah sambil memandang gerimis yang terus saja meneteskan bulir-bulir lembutnya dari langit. Tanpa melepas seragamku seuasai mengajar aku melepas lelah dengan memandangi gerimis.
Aku tersenyum sendiri di depan gerimis yang seakan-akan tau tentang perjalanan hidupku. Sambil memegang baju seragam PNS yang masih aku kenakan, aku melamun. Aku tak menyangka dengan perjalanan hidupku ini, tak menyangka akan menjadi seorang PNS yang selalu diburu oleh orang banyak, walaupun aku hanya seorang lulusan pesantren. Aku tersenyum karena dulu aku adalah santri yang kesana kemari menggunakan peci dan sarung, lalu sekarang dapat mengenakan seragam ini.
“Aby,….” Tiba-tiba suara istriku, Triyana yang aku nikahi beberapa bulan yang lalu, sudah ada di belakangku.
Aku menoleh ke belakang, tanpa berkata-kata dan melanjutkan pandanganku lagi, memandangi gerimis.
“ Aby ngelamunin apa sic? Ko seru bangets, sampai lupa ngelapas baju seragamnya lagi” lanjut istriku yang sudah berada tepat di sampingku.
“ ga papa ko Umy, Aby Cuma ingat masa-masa lalu Aby yang selalu diiringi gerimis seperti ini.”
“Ooo,… gitu ya” kata istriku sambil memeluk mesra tangan kiriku.
Aku tetap diam, pandanganku tetap tak beranjak dari gerimis di depanku, pikiranku mulai menerobos ruang dan waktu. Mengingat masa lalu.
*****
Juli 2000
Gerimis tiba-tiba datang. Entah dari mana, padahal bulan ini adalah musim kemarau. Ini lah tanah kelahiranku, panas hujan sulit sekali ditebak.
Aku berdiri mematung diteras rumah. Sambil memegang dua kertas di tangan kiriku aku memandang jauh ke arah gerimis. Continue reading